Satu masalah vital yang mengemuka bagi bangsa ini adalah ketiadaan pribadi dengan kepemimpinan yang murni. Secara lugas, publik dan media mewacanakannya sebagai “krisis kepemimpinan”. Krusialitas yang hingga saat ini disambut oleh membanjirnya banyak pribadi yang getol mencalonkan dirinya sebagai pemimpin.
Disatu sisi, tentu hal ini dipandang positif karena menggugah para pribadi dan tokoh dibangsa ini untuk keluar dan tampil di permukaan, berikut dengan gagasan dan ide bagaimana mengentaskan berbagai problem di bangsa ini. Disisi lainnya, selalu muncul kekhawatiran terhadap konsistensi para calon pemimpin yang kerapkali melanggar janji mereka terhadap rakyat. Akibatnya rakyat bosan dan capek akan program dan citra diri yang selalu dikomersialkan hanya untuk mengejar suara dan dukungan.
Ketika komersialisasi ini dijadikan sebagai jalan untuk mendapatkan kekuasaan. Muncul persaingan diantara sesama calon pemimpin dalam menjaring suara. Seluruh strategi dan wacana saling dilontarkan demi meraih perhatian publik. Tidak jarang isu-isu yang membahayakan seperti SARA kerap menjadi sinetron bersambung yang diparodikan secara simultan. Rakyatpun menjadi korban karena ketidak-mengertian permainan tersebut. Malahan cenderung terbuai oleh bujuk rayu dari wacana bebas yang tidak mendidik tersebut.
Akibatnya masyarakat yang sudah demikian mengakar dalam hal pluralitas ber-Pancasila ini tidak menyatu dan terpecah akibat pendekatan para calon pemimpin yang lebih mengedepankan perbedaan dan persaingan. Dalam konteks kekinian, Pilkada DKI Jakarta 2012 adalah satu contoh panggung politik yang sering menampilkan drama dan komersialisasi kepemimpinan.
Jika tidak ada kepedulian diantara dua pasangan calon yaitu Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli dan Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama, dalam menjaga harmonisasi pendukung dan konstituennya, perpecahan diantara warga dapat terjadi.
Karena itu jika ingin belajar berdemokrasi didalam pemilu, agaknya kita dapat menengok sebentar persaingan Pemilu Amerika Serikat, antara Barrack Obama dari Partai Demokrat dan Mitt Romney dari Partai Republik yang kini sedang bergulir. Setiap calon dapat mempertahankan dan bertanggungjawab terhadap wacana dan isu apapun yang mereka lontarkan. Disambut dengan pemahaman yang edukatif oleh masyarakat disana yang cerdas dalam memaknai setiap wacana.
Pilkada DKI Jakarta setidaknya dapat dijadikan parameter kita menatap Pemilu Presiden pada 2014 nanti.
Sumber : Jawaban.com - Daniel Tanamal